APLIKASI
TEORI IDA JEAN ORLANDO
DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Oleh muhamad fadil
A. Latar
Belakang Masalah
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya ilmu keperawatan selalu
mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di
Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta
teknologi bidang kesehatan yang
senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebagai salah satu
rumah sakit pendidikan di Indonesia, dari
hasil pengamatan penulis selama melaksanakan bimbingan praktek klinik
keperawatan, telah melaksanakan asuhan keperawatan yang kembangkan dengan
mengacu pada pedoman standar praktek pelaksanaan asuhan keperawatan yang
ditetapkan oleh PPNI. dimana standar praktik tersebut mengacu pada tahapan
dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 standar : Pengkajian, Diagnosis
keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi. (PPNI, 2000 hlm 57). Pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut
merupakan aplikasi unsur dan konsep dari beberapa teori dan model keperawatan
yang di adopsi, digabung, dikembangkan serta
dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya
teori dan model yang mewarnai asuhan keperawatan yaitu teori yang
dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal dengan teori proses keperawatan
atau disiplin proses keperawatan.
Dalam teorinya
Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep
disiplin proses keperawatan ( nursing process discipline) yang juga dikenal dengan
sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi
komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006: 434)
Orlando juga menggambarkan
mengenai disiplin nursing proses sebagai interaksi total (totally interactive) yang
dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam
hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut
dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan yang tepat (George, 1995 ;162)
Dari uraian
diatas penulis tertarik untuk mencoba membuat uraian mengenai lebih jauh mengenai Aplikasi Teori Keperawatan
Ida Jean Orlando “Nursing Procces Theory” Dalam Asuhan dan Pelayanan Keperawatan
Di Rumah Sakit.
A.
Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan
Orlando
Ida Jean Orlando Pelletier lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di New
Jersey. Ia telah aktif berkarir sebagai pelaksana , pendidik, peneliti dan
konsultan dalam bidang keperawatan. Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf
keperawatan diberbagai bidang seperti obstetri, perawatan penyakit dalam dan
bedah, serta di ruang emergenci. Ia juga telah menjabat sebagai suvervisor dan
menjabat sebagai asisten dua direktur keperawatan. Ia diterima di Diploma
Keperawatan di New York tahun 1947, medapat
gelar Bachelor of Nursing pada tahun 1951 dari Universitas di Brooklyn New
York, Pada tahun 1954 menerima MA di
mental health consultation dari Universitas Colombia. Buku pertamanya yang
dipublikasikan pada tahun 1961dan diprint ulang pada tahun 1990 yaitu
hubungan dinamis perawat-pasien :
fungsi, prinsip dan proses. Ia juga menjabat sebagai pimpinan graduate program
dalam kesehatan mental dan psikiatri nursing di Yale. Orlando juga aktif dibebagai organisasi seperti pada
Massachusetts Nurses’ Associations dan di Harvard Community Health Plan. Ia
juga sebagai dosen dan konsultan pada berbagai institusi keperawatan.
Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya
terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori-teori
keperawatan pendahulunya asumsinya tidak spesifik, namun demikian Schmieding
(1993) medapatkan dari tulisan Orlando mengenai
empat area yang ditekuninya :
1. Perawat
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi
yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional
yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera.
Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan
mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien,
reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan
pasien
2.
Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang
dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan
pertolongan, dan akan mengalami distress jika mereka tidak dapat melakukannya.
Hal ini dijadikan dasar pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan
dengan seseorang yang tidak dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya.
3.
Sehat
Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi
bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan
sejahtera berkontribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam
memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap sehat.
4. Lingkungan
Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi
keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya
mempersepsikan, berfikit, dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang
bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan
therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku
pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.
B. Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara
pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling
mempengaruhi. Dan sebagai orang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan
elemen-elemen pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari
partisipasi pasien dalam proses
keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan
interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses ini untuk
mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai
”nursing procces discipline”. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan
untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Orlando
menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat
profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan,
disiplin proses keperawatan serta kemajuan
1. Tanggung jawab
perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien
butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa
aman ketika dalam medapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus
mengetahui kebutuhan pasien untuk
membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan
perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa
aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat
dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus
pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar
menjadi kewenangannya.
2. Mengenal perilaku
pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa
yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3. Reaksi
segera
Reaksi
segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan
persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.
4. Disiplin proses
keperawatan
Menurut George
(1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang
dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam
hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut
dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
5. Kemajuan
/ peningkatan
Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih
berguna dan produktif.
C. Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses
Keperawatan
Seperti
yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing
procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses
keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada
pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses
keperawatan didasarkan pada ” proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan
dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan
pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan
sebagai hasil yang diharapkan.
1. Perilaku
Pasien
Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien . seluruh perilaku pasien yang
tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang
membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi
gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ” dengan
diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut
menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan”.
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi
antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor
kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku
verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan,
pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal
misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar
kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi
indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat
menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku
pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien,
ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan
perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian
masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan
tindakan perawat harus dirancang untuk
menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci
2. Reaksi Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus
bagi perawat , reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu pertama perawat merasakan melalui indranya,
kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran
sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat
pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian
memberikan perhatian
Persepsi, berfikir, dan merasakan
terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar
mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam
menganalisis reaksi yang menentukan mengana ia berespon demikian. Perawat harus
dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat
membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan
penggunaan dalam hal berbagi “ beberapa observasi dilakukan dan dieksporasi dengan pasien adalah penting
untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat
dipenuhi oleh pasien pada waktu itu.
Orlando
(1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam
mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu ;
a.
Perawat harus menemuinya dan
konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan perilaku nonverbalnya epada pasien
b.
Perawat harus dapat
mengkomunikasikannya dengan jelas
terhadap apa yang akan diekspresikannya
c.
Perawat harus menanyakan kembali
kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.
3. Tindakan Perawat
Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat
terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan
tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan
oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan
profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk
membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan
menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk
memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan
otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat.
Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak,
misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan
kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan:
a.
tindakan merupakan hasil dari
indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap
perilaku pasien.
b.
Perawat menjelaskan maksud
tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien.
c.
Perawat memvalidasi efektifitas
tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
d.
Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan
dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh
tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan
perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat
4. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi
profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.
Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional jika aktivitas
tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan
suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap
perilaku pasien dengan mempersepsikan,
berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien,
meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya,
dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi
pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat membantu
pasien untuk menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya.
Selajutnya tidakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah
saling menguntungkan anatar pasien dan perawat. Setelah
perawat bertindak , perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya
berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa
perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya
terhadap pasien.
APLIKASI TEORI PROSES KEPERAWATAN ORLANDO DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT
Praktisi
keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan teori atau model yang sesuai dengan situasi
tertentu. Pada kondisi awal, kombinasi dari beberapa teori atau model dapat
dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara konsisten dapat dilakukan analisa atau evaluasi
terhadap efektivitasnya. Dengan menggunakan
berbagai teori dan model keperawatan, maka fokus dan konsekwensi praktek
keperawatan dapat berbeda .
Dibawah ini merupakan gambaran aplikasi disiplin proses keperawatan Orlando
pada penderita SKA STEMI 1 jam
setelah mendapat serangan.
A. Gambaran
Kasus
Tn X usia 45 tahun satu jam sebelum masuk rumah
sakit pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan
serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat.
Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan terus menerus
lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluaga dibawa ke UGD RSHS.
Klien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat
tetapi memiliki kebiasaan kurang olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per
hari, klien adalah seorang kepala keluarga dan bekerja sebagai seorang meneger
di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98 kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak
gelisah, banyak keluar keringat. Hasil pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST
elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter klien
didiagnosa sindroma koroner akut dengan ST elevasi Miocard infark.
B.
Peaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori
Proses Keperawatan Orlando.
Pada
kasus Tn X tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku
pasien baik secara perbal maupun non verbal, melakukan validasi, membagi bereaksi terhadap perilaku
pasien dengan mempersepsikan, berfikir
dan merasakan. Perawat membantu pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan baik
fisik maupun psikologis, ketidakmampuan pasien dalam menolong dirinya, serta
mengevaluasi tindakan perawatan yang sudah dilakukannya. Semua itu dapat
diterapkan melalui pendakaan disiplin proses keperawatan Orlando sebagai
berikut :
1.
Fase Reaksi Perawat.
Menutut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi
perawat dan perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan teori Orlando identik dengan fase pengkajian
pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi
yang emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada
kasus diatas selain nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi
koroner, juga perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri
dada meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya.
Disamping itu dapatkan juga data adakah kesulitan bernafas, rasa sakit kepala,
mual dan muntah yang mungkin dapat menyertai keluhan nyeri dada.
Perawat
perlu mengkaji perilaku pasien non
verbal yang menunjukan bahwa pasien memerlukan pertolongan segera seperti :
tanda-tanda vital, pada kasus didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 98
kali/menit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat.
Perlu juga dikaji bagaimana kondisi akral apakah hangat atau dingin, CRT,
kekuatan denyut nadi, Selanjutnya
perawat perlu mengetahui data-data lain seperti catatan dari tim kesehatan
lain, hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada kasus didapatkan :
EKG ST elevasi, diagnosa medis SKA STEMI. Troponin T positif, CKMB meningkat.
2.
Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing
action pada disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data),
diagnosa keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi . Tujuannya
adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta
berhubngan dengan peningkatan perilaku pasien.
Setelah
mendapatkan data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orlando perawat
perlu melakukan sharing reaction yang identik dengan analisa data, sehingga
dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
a.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan difokuskan terhadap masalah ketidak mampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhannya sehingga perlu pertolongan perawat. Dari data yang
didapatkan pada kasus Tn X ditemukan masalah :
1)
Ketidakmampuan pasien menolong
dirinya dalam memelihara perfusi jaringan otot jantung (berhubungan dengan
penurunan aliran darah sekunder terhadap obstruksi.)
2)
Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam mengatasi rasa nyeri (berhubungan dengan adanya
iskemik)
3)
Ketidakmampuan pasien untuk melakukan
aktivitas fisik (berhubungan dengan ketidaksimbangan suplai dan kebutuhan akan
oksigen)
b. Rencana
Keperawatan
Setelah masalah keperawatan pasien ditentukan disusun rencana
keperawatan, fokus perencanaan pada pasien Tn X yaitu Rencana Tn X sendiri,
dengan merumuskan tujuan yang saling menguntungkan baik pasien maupun perawat
sehingga terjadi peningkatan perilaku Tn X kearah yang lebih baik. Adapun tujuannya yang
diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn X yaitu mampu
menolong dirinya memelihara perfusi otot jantung secara adekuat, pasien mampu menolong dirinya untuk mengatasi
rasa nyeri, serta mampu melakukan pemenuhan aktivitas tanpa harus memberatkan
kerja jantung.
c. Implementasi
Fokus implementasi adalah efektifas tindakan untuk menanggulangi yang
sifatnya mendesak, terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan tindakan
pengobatan atas instruksi medis dan dan tindakan terencana terencana yang
dianggap sebagai peran perawat profesional sesungguhnya.. Adapun
implementasi keperawatan yang perlu
dilakukan pada Tn X yaitu :
1). Membantu pasien dalam
menolong dirinya untuk memelihara perfusi jaringan otot jantung
a.) Tindakan Otomatis:
(1). Berikan therapi nitrogliserin
sesuai program therapi
(2) Berikan therapi aspirin sesuai program therapi
(3). Persiapkan klien
untuk therapi trombolitik sesuai program
(4). Persiapkan pasien
untuk pelaksanaan PTCA sesuai program terapi.
(5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
b) Tindakan terencana
(1) Istirahatkan pasien
bed rest sampai kondisi akut teratasi dan keadaan stabil.
(2) Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit atau sesui
(3) Observasi tanda-tanda adanya penurunan kardiak output.
(4). Lakukan pemeriksaan EKG secara rutin
2).
Membantu pasien untuk menolong dirinya menolong dirinya dalam mengatasi rasa nyeri.
a). Tindakan otomatis
(1) Memberikan obat anti nyeri : morfin sesuai dengan program therapi.
(2) Berikan
Oksigen melalui nasal canul 4 liter / menit sesuai program therapi
(3) Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman
b). Tindakan terencana ;
(1) Istirahatkan pasien : Bed rest sampai dengan kondisi klien stabil.
(2) Posisikan pasien semi fowler
(3)
Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit atau sesuai kebutuhan
(4) Observasi perkembangan nyeri : kharakreistik,
kwalitas dan kwantitasnya
(5)
Lakukan tindakan relaksasi dengan menarik
nafas dalam dan keluarkan nafas secara perlahan.
3). Membantu
pasien untuk menolong dirinya dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
a) Tindakan otomatis
(1) Hindari pasien untuk melakukan mengedan ketika
defekasi
(2)
Observasi tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
b). Tindakan terencana
(1) Observasi
tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
(2) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari ; nutrisi, personal hygiene, eliminasi.
(3) Lakukan
mobilisasi fisik setelah kondisi stabil
3 Evaluasi
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan. Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap
dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi keberhasilannya.Evaluasi asuhan
keperawatan pada tuan X difokuskan terhadap perubahan perilaku terhadap
kemampuan menolong dirinya untuk mengatasi ketidakmampuannya. Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksankan. Adapun hasil
yang diharapkan adalah:
a.
Perfusi jaringan pada otot jantung meningkat
atau adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan
pernafasan dalam batas normal, hasil pemeriksaan EKG normal. Nyeri dada tidak ada.
b.
Rasa nyaman terpenuhi: nyeri berkurang
atau tidak ada, ditandai dengan : pasien mengatkan nyeri berkurang atau tidak
ada, pasien relak. Tandatanda vital dalam batas normal,
c
Pasien
mampu melakukan aktivitas sehari-hari : tidak ada keluhan nyeri dada,
sesak nafas atau palpitasi saat melakukan aktivitas, tekanan darah, nadi, respirasi dalam batas
normal sebelum, selama dan setelah melakukan. Aktivitas. Pasien ammpu melakukan aktivitas
sendiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari : makan, personal higiene dan
eliminasi.
Dengan
melihat aplikasi disiplin proses keperawatan pada kasus Tn X yang mengalami
gangguan sistem kardiovaskular berhubungan dengan sindroma akut koroner non ST
elevasi, penulis mencoba untuk membahas pelaksanaan aplikasi teori tersebut
dengan membandingkan dengan proses keperawatan
Pada
kedua proses tersebut, pada bagian tertentu secara keseluruhan sama. Misalnya keduanya merupakan hubungan interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan
perawat. Pasien sebagai input dalam keseluruhan proses. Kedua proses
menggambarkan pasien sebagai total person. Tidak selalu tentang penyakit atau
bagian tubuh. Kedua proses juga menggunakan metode tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan tersebut.
Fase pengkajian pada proses
keperawatan sesuai dengan berbagi pada reaksi perawat dengan perilaku pasien
dalan disiplin proses keperawatan orlando. Perilaku pasien mengawali
pengkajian. Perilaku yang dikaji adalah perilaku verbal yang dikatakan oleh
pasien yaitu riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama, bagaimana
keluhan itu dirasakan, bagaimana sifat dan kwalitas keluhan tersebut. Apa
faktor pencetusnya. Dan faktor resiko terhadap terjadinya gangguan kesehatan.
Sedangkan perilaku non verbal yang perlu diketahui oleh perawat adalah
tanda-tanda dari gangguan fungsi tubuh sebagai respon pasien terhadap tidak
terpenuhinya kebutuhan yang membutuhkan pertolongan perawat, seperti perubahan
tanda-tanda vital, keluar keringat yang berlebihan, ketidaknormalan fungsi
tubuh seperti yang ditunjukan oleh hasil pemeriksaan penunjang EKG, pemeriksaan
enzim roponin dan lain sebagainya.
Berbagi pada reaksi perawat
dalam disiplin nursing proses adalah komponen yang sama dengan analisis pada
proses keperawatan. Walaupun reaksi perawat adalah otomatis. Hal ini sedikit
berbeda dengan analisa data pada proses
keperawatan dimana seorang perawat untuk mampu melakukan analisa data perlu menggunakan
dasar teori keperawatan dan menggunakan prinsip dari pengetahuan fisik dan
perilaku dan itu harus benar-benar menjadi dasar dalam menganalisa berbagai
tanda dan gejala yang dirasakan atau ditemukan pada pasien.
Fase perencanaan pada proses
keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin proses keperawatan.
Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan.
Tujuannnya berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Tujuan yang
dirumuskan pada teori Orlanda menurut penulis masih terlalu umum yaitu fokuskan
pada perubahan perilaku dalam menolong
untuk memenuhi kebutuhan dirinya
sehingga kemungkinan keberhasilannya sulit untuk diukur terutama terhadap
masalah yang hanya diketahui oleh perawat tetapi tidak disadari oleh pasien.
Seperti pada contoh kasus Tn X yaitu masalah penurunan perfusi jaringan pada
otot jantung.
Implementasi meliputi seleksi
akhir dan pelaksanaan dari tindakan keperawatan
dan ini juga merupakan bagian dari fase tindakan keperawatan pada proses
disiplin Orlando. Kedua proses memerintahkan bahwa tindakan harus sesuai bagi
pasien sebagai individu yang unik. Pada Teori orlando tindakan keperawatan ada
dua macam yaitu tindakan otomatis yang sifatnya segera dan terencana.
Keduanya tidakan tersebut lebih
diarahkan terhadap penanggulangan masalah kperawatan yang bersifat segera dan
mengacam kehidupan pasien dan kurang memperhatikan tindakan-tindakan yang
bersifat promotif atau preventif yang sebenarnya tidakan preventif seperti :
pencegahan serangan ulang dan menghindari faktor resiko adalah penting bagi
pasien yang menderita penyakit jantung seperti yang dialami Tn. X.
Evaluasi, pada fase tindakan
proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan- tindakan
yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya. Evaluasi pada teori Orlando sudah cukup baik,
yang mana evaluasi selalu dilakukan setelah setiap tindakan keperawatan
dilakukan secara lengkap.
KESIMPULAN
Proses keperawatan dan proses
disiplin Orlando keduanya menggambarkan rangkaian tahapan. Setiap tahapan sama-sama tidak terpisah. Pada proses disiplin Orlando
hampir secara berkesinambungan saling mempengaruhi dimana perilaku pasien
menjadi tujuan reaksi perawat, mengarahkan perilaku perawat, mengarahkan reaksi
pasien. Kedua proses tersebut merupakan proses dinamis dan responsif terhadap
perubahan kondisi pasien.
Proses keperawatan dan proses
disipin Orlando mempunyai banyak persamaan. Proses keperawatan panjang dan
lebih formal dan fasenya lebih mendetail
dibandingkan proses disiplin Orlando. Dan membutuhkan perawat untuk
menggunakan pengetahuan dan prinsip keilmuan dan teori keperawatan. Orlando
hanya membutuhkan bahwa perawat harus mengikuti
prinsip-prinsip yang ia tetapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting
patient care, 3rd edition, FA. Davis .
George. (1995). Nursing Theories (The Base for
Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.
Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam.
(2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba
PPNI (2000) Standar Praktik Keperawatan.
Jakarta : PPNI.
Tomey Ann
Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists
and Their work. 6
Ed. USA : Mosby Inc.
http://www.sandiego.edu/acamics/nursing/theory/Orlando